BREAKING
Stop Kekerasan di Papua Barat

Thursday, May 18, 2017

Kesejahtraan Guru tak Terjamin, Kelas di Sekolah Kosong


Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai guru dan Sekolah!

Oleh: Moses Douw

Guru secara umum merupakan tenaga mengajar dalam pendidikan formal dan non-formal. Namun, sementara itu banyak orang mengklaim bahwa guru adalah orang tua dan tempat kita berada serta waktu. Dalam tafsiran demikian Guru mendapat banyak istilah dan makna  berdasarkan ide individual secara akan dan budi.

Sebab itu, dalam tulisan ini Penulis akan mengulas tetang Guru di Sekolah dan upahnya sebagai pengajar Pfofesional pada zaman modern atau berkembang. Kesetiaan guru di sekolah memang sudah berubah dengan berkembangnya sistem ekonomi sosial yang sangat pesat pada masa kini. Sehingga guru-gurupun semaki teralienasi kedalam perkembangan ekonomi sosial di daerah.

Guru secara harafiah adalah seorang pengajar. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 4 dikatakan: “Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memrlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi”.

Berdasarkan standar Nasional kemendikbud Guru dapat kita bedakan menjadi beberapa yakni: guru tetap dan guru honor. Guru adalah guru ber-NIP yang bertugas sebagai pengajar tetep berdasarkan profesinya dengan batas pensiun. Sedangkan guru Honor adalah guru yang mengajar berdasarkan kontrak waktu, kesepakatan dan tanpa ber-NIP dengan mempersiapkan sebagai calon Guru tetap.

Pada sebelumnya guru mengabdi dengan setulus hidupmu menuangkan untuk mengajar di sebuah sekolah, meskipun tanpa NIP dan pula tanpa upah atau gaji oleh pihak tertentu. Kesetiaan mereka hanya untuk kapur tulis dan papan tulis. Dengan mengorbankan waktu dan tenaga mereka sebagai pengajar yang berkeluarga dan merupakan multipekerjaan.

Seiring dengan perkembangan sosial ekonomi menimbulkan seseorang akan hidup bahagia ketika ekonomi masyarakat terpenuhi untuk individu dan keluarga. Hal ini dengan berkembangnya pemekaran daerah dan perputaran uang semakin meraja lela di kalangan masyarakat sehingga menumbulkan adanya berfoya-foya.

Di tengah berfoya-foya ini, guru atau tenaga pengajar minim diperhatikan oleh pemerintah daerah kabupaten di daerah Papua, khususnya daerah Meuwodide yang kian hari semakin tertinggal dari sisi pendidikan. Diantara kegiatan berfoya-foya ini, pandangan guru yang tiap harinya ngjar di kelas, sekalian mengubah pandangan dan mereka diberlakukan sebagai pekerja kasar oleh majikan dalam kelas. Sehingga semakin buruk lagi, kesejahtraan guru pada umumnya dengan perkembangan itu.

Pada zaman modern ini tak sama pula dengan zaman penjajahan belanda sejak tahun 1960-an. Ketika zaman Belanda di tanah Papua, semua guru di jamin sejahtera. Sebab ketika itu semua kesejahtraan guru ditanggung oleh masyarakat sekitarnya dan pemerintah Belanda. Hal ini kebiasaan dahulu yang sagat baik, sebab dengan sejahteranya guru akan sejahtera dalam proses belajar mengajar di sekolah. Baca ini

Namun, ketika perhatikan dan mengamati berdasarkan konsep Marx tentang kaum borjuis dan kaum proletar akan adanya penindasan besar-besaran oleh pemerintah dan masyarakat terhadap Guru di sekolah. Sehingga penulis dengan berani mengatakan “zaman penjajahan Indonesia tak seperti dahulu.” Sebab itu, seorang guru harus berusaha membangun kesejahteran keluarganya. Apalagi tak ada Jaminan Kesejahtraan dari  Pemerintah Kabupaten di Meuwodide.
Guru yang masa kini saya sayangkan sebab, kesejahtraan mereka sudah gelap, artinya bahwa mereka kurang diperhatikan oleh pemerintah terkait seluruh Kabupaten di Papua khususnya di Meuwodide. Ungkap  Amboros Mote (Guru Senior di Papua), saat di wawancarai di Diyai

Lanjutnya. “Kini  saya lihat beberapa sekolah di sekitar kampung ini , tak seperti dahulu. Guru saja masuk jam 9 apalagi siswa, guru yang mengajar ini mereka selalu membantu keluarga untuk buat kebun, dan pekerjaan lainya sehingga mereka akhirnya terlambat di sekolah  dan sampai tak masuk mengajar”.

Penulis pun membuktikan secara langsung di Papua khususnya di Meuwodide bahwa “apa yang menjadi Upah atau gaji bulanan itupun di Potong oleh pemerintah daerah apalagi dana Bos. Tak hanya demikian, saranan prasarana sekolah saja belum terpenuhi apalagi gedung sekolah pun mengajar di lantai tanah. Kita berpikir secara rasional,  ketika di potong gaji guru apa yang guru lakukan? Tentunya malas megajar di sekolah serta kelas kososng di sekolah?

Kami guru-guru memang selalu saja mencari kerja sampingan sehingga kadang kami lupa sekolah dan mengajar murid-murid kami bahkan kami kasih tugas saja. Kami tak salah juga karena kami harapkan honorpun juga tak terjamin keluarga kami sehingga kami harus kosongkan 1 atau 2 jam di sekolah untuk keluarga. Kata, Pak guru Ander Pekei

            Kesejahtraan guru ini tak terjamin sehingga, banyak hal yang guru lakukan untuk jaminan kesejahtraan keluarganya. Hal itu pula yang mengakibatkan guru tak hadir dikelas sehingga siswa terlantar di sekolah. Dengan keadaan seperti itu, Siswa siswi selalu saja terlantar menjadi pemabuk, pencuri, dan selalu ke kota serta pasar.

Secara khusus di beberapa kabupaten daerah Meuwodide, kebanyakan Guru  terjamin hidup dengan permainan Togel . Banyak guru terdampar di Kota Waghete, Nabire, Enaro dan  Moanemani hanya untuk main Togel, demi kesejahtraan keluarga dan dirinya. Hal ini diakibatkan karena sangat minimnya kesejahtraan guru di sekolah dari pemerintah Kabupaten di Meuwodide.

Kami selalu datang ke Waghete biasanya tak lain, hanya main togel saja. Karena honor tidak cukup untuk memungkinkan kesejahtraan keluarga saya.  Karena begini, kami hidup ini tak hanya biaya makan minum, kami biasanya biaya anak sekolah, biaya utang, biaya transportasi dan biaya yang lain yang membutuhkan ongkos yang  mahal. Ungkap Vitalis Badii
Selama ini penulis pun membuktikan di daerah Meuwodide bahwa penempatan guru berprofesi belum tertata. Artinya bahwa guruTransportasi juga sangat minim untuk guru di sekolah, banyak guru yang bertugas jauh dari sekolah sehingga keterlambatan dalam mengajar di kelas. Sehingga hal ini juga merupakan hambatan dalam sekolah.

Adanya pemekaran dan daerah yang ridak diperhatikan oleh intansi terkaiit maka munculah berbagai masalah di bidang pendidikan secara umum di Papua, namun ini hanya sebuah ungkapan hati dari guru-guru di Papua yang kian hari tak di perhatikan oleh atasanya tersebut. Ketika kita bahas secara umum masalah Pendidikan sangalah kompleks sehingga Penulis juga menyarankan agar pembaca bisa baca buku yang berjudul “Pembaharuan Mahasiswa Papua (mengungkapkan masalah-masalah Pendidikan di Papua).

Sangat kompleks persoalan yang terjadi di kalangan Guru dan Sekolah sebab itu, kesejahtraan guru tak terjamin, bahkan menyebabkan beberapa sekolah di daerah Papua khusunya Meuwodide di ancam untuk tutup karena kurangnya Guru atau tenaga pengajar. Sebab demikian, tak hanya itu kami sangat menghimbau kepada Pemerintah Provinsi Papua dan khususnya Kabupaten Nabire, Dogiyai, Paniai dan Deiyai serta Dinas Pendidikan dan Pengajaran untuk segera memenuhi kesejahtraan Guru di sekolah, agar sekolah dan Guru di kabupaten tetap Jaya.


Yogyakarta, 18 Mei 2017

Tuesday, May 16, 2017

Kekejaman Negara dalam Agama di Indonesia

Kekejaman Negara dalam agama pada tahun 2017, Pasca Vonis Ahok 2 tahun penjara dan pengaruh hingga di Papua


Oleh: Moses Douw

Tulisan ini berawal dari Isu kekiniaan atau HOAX tentang Ahok di Indonesia dan berdasarkan Kata Ali Moertopo bahwa “ Indonesia tidak menginginkan orang Papua, Indonesia hanya menginginkan Tanah dan sumber daya alam yang terdapat dalam pulau Papua.” Yang kemudian ditafsirkan kedalam perbedaan dan keberagamaan yang hanya memanfaatkan potensinya untuk keuntungan sebesar-besarnya untuk negara atau etnis dan agama tertentu yang domisili di Indonesia.

Berdasarkan KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia Kekejaman merupakan perihal (perbuatan, sifat) yang kejam; kebengsian. Arti kejam menunjukan tidak menaruh kasih, ketika dia berkuasa sangat kejam terhadap rakyatnya. Dalam arti, pekerjaan majikan sangat di Kejam oleh majikan dengan tidak menaikan upah kerja dengan sifat keras. Kemudian Negara berdasarkan KBBI Kamus Besar Bahasa Indoesia adalah organisasi dalam suatu wilayah yang merupakan kekuasan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat.

Indikasi dalam pandangan kekejaman Negara di intern Agama tercipta dalam sebuah Negara berkembang.  Mengapa? Negara Maju tidak sama banding dalam kemajuan Negara. Hal ini, berkembangan kemajuan dalam Citizen Charter.  Negara berkembaang seperti Indonesia sangat diprihatinkan dengan kekejaman Negara dalam  Agama, dengan kematangan citizen dalam negara berkembang.

Berdasarkan teori Citizen Charter, masyarakat Indonesia tidak bertingkat untuk menerapkan hight level Citizen, sebab secara umum tidak mampu bersaing dengan negara maju. Hal ini kita bersaksi di Negara Indonesia bahwa masyarakat sangat mampu untuk mengadudomba oleh sebuah negara atau sebuah organisasi untuk mengacaukan masyarakat dan mengikiskan adanya keberagaman dalam Negara Indonesia.

Sedangkan Agama menurut filsuf sosial Karl Marx, memaparkan berdasarkan pandangan materialis dengan disiplin ilmu bahwa “Agama adalah sebuah sumber kebahagiaan setidaknya adalah sumber penghiburan.” Hal ini agama diartikan sebagai sebuah instrumen atau sebuah kebahagiaan yang mempersatukan masyarakat primodial dengan adanya ideologi yang sangat di percaya. Secara umum “agama adalah pecandu masyarakat.”

Maka dengan demikian sangat jelas bahwa “kekejaman sangat berpengaruh dalam sebuah Negara. Negara mempunyai pusat kekuasaan tertinggi dalam suatu organisasi pemerintah maupun suasta. Sehingga kekejaman negara tercipta dalam sebuah Ideologi karena Negara merupakan pusat kekuasaan yang tertinggi. Maka dengan demikian muncul berbagai macam masalah yang akibatnya dari kekejaman negara dalam masyarakat mayoritas demi kepentingan negara tanpa meninjau pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

Kekejaman Negara dalam Ideologi perjuangan
Kejamnya negara sangat jelas dalam politik kekinian khususnya dalam perbedaan dalam agama, etnis, Suku, Bangsa dan Ras. Hal ini di tinjau dari pada alinea pertama dalam tulisan ini, dengan memperjuangkan ideologi yang hanya menguras bangsa dan suku lain. Hal ini sangat juga berpengaruh dalam spirit of Fihgt atau perjuangan. Perjungan merebut kekuasaan dan membentuk negara Indonesia adalah sebuah peristiwa sejarah yang terbuai dalam suku, budaya dan ideologi manusia melayu di Jawa. Ideologi ini sangat kental dan tak bisa di pungkiri dengan ideologi lianya.

Kejamnya negara Indonesia terlihat dalam peristiwa pasca Vonis Ahok 2 Tahun penjara di Jakarta. Indonesia dengan jelas mempermainkan FPI sebagai ideologi yang sangat menantang ideologi yang lain selain agama islam seperti agama Kristen dan lainya. Mengapa demikian? Pasti punya alas an yang jelas bahwa dalam ideologi perjuangan menuju kemerdekaan Orang jawa tak pernah dilibatkan suku dan bangsa lain sehingga hal ini menjadi tolak ukur bagi Negara untuk memvonis Ahok dengan 2 Tahun Penjara.
Ideologi perjuangan pada masa perjuangan kemerdekaan sangat dan masih dominan di Indonesia dapi pada menghirmati ideologi negara sebagai dasar untuk negara berkembang.

Ahok,  Ideologi, Organisasi Agama
Pasca kekalahan Ahok dalam politik mata dua di Jakarta pada bulan April lalu sangat kentara adanya ideologi dalam pertempuran . Dan kemudian, sebagai umat beragama harus patut dengan hakim negara Indonesia yang memvonis Ahok 2 Tahun penjara. Meski dalam negara ini terjadi polemik yang tidak bertanggung jawab dalam sebuah organisasi agama dan ideologi.

Salah satunya ideologi agama dan organisasi agama yang melatarbelakangi kepentingan meski menjadi tolak ukur hancurnya Pancasila dan Keberagaman Indonesia sebagai negara multicultural. Tak berhasil dan kemudian memperpecah belah wilayah dan daerah berdasarkan ideologi agama yang ada di negara ini.

Organisasi islam kemudian disebut dengan FPI berhak untuk berdiri di Indonesia berdasarkan hak demokratis (berserikat, berintraksi, bersuara dan berpendapat) di negara Indonesia, namun FPI sangat antusias dengan adanya perbedaan agama yang menonjol dalam suatu negara berdasarkan ideologi perjuangan kemerdekaan bahwa “karena Indonesia diperjuangkan oleh agama islam maka pusat kota harus di pimpin oleh agama Islam.”

Tak salah juga, dengan adanya Vonis 2 Tahun penjara Ahok di Jakarta, beralasan “ Adanya penistaan terhadap Agama Islam” disinilah terjadi organisasi agama bergabung memperjuangakan ideologi perjuangan tanpa melihat apa itu Bhineka Tunggal Ika sebagai dasar dari toleransi agama di Indonesia. Namun dengan demikian Ahok dengan pengikutnya pun tak kala dengan aktifitas FPI ini. Sehingga Pengikut Ahok Atau Ideologi agama Kristen Radikal berperan untuk melakukan demo dengan bebaskan Ahok anpa syarat, di Indonesia dan Berbagai  Negara di planet ini.

Posisi Negara dalam Bhineka Tunggal Ika
       Negara dalam hal ini sangat kejam, dengan mempermainkan Bhineka Tunggal Ika sebagai dasar dan ideologi negara Indonesia. Pasca kekalahan Ahok sebagai Gubernur Jakarta pusat, terjadi gumpalan yang menggunjang adanya perpecahan di Negeri ini. Namun itu sebagai akar persolan yang di munculkan oleh Negara dalam keberpihakan dengan dengan orgnisasi agama untu menyelamatkan ideologi perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Dimana posisi negara sebagai organisasi yang berkuasa untuk melindungi, menjaga  dan melayani? Dalam hal ini negara tak harus campur tangan dalam ideologi Agama tertentu, Sebab adanya penodaan terhadap kebhinekahan. Tak berhaga Pancasila dan undang-undang yang di rancang oleh Soekarno dan teman temannya, sebab banyak terjadi ketidakseimbangan negara ini berdasarkan dasar negara. Ataukah dasar negara itu sebagai pencitraan dan kopian dari Belanda???

Negara semakin hari semakin hilang nalar, Indonesia ini sebab mereka tak kenal Organisasi Agama yang sedang mempengaruh negara dan merusak negara dengan virus ciptaan Agama yang radikal di Negara ini, seperti orgnisasi agama Islam (FPI) dan Kristen di Indonesia yang kini hampir menodai ideologi negara.
    Berikut ini adalah sebuah konspirasi kekejaman negara dalam Agama, dengan menubuhkan intoleransi, dan penistaan ideologi Pancasila.

Kekejaman Negara dan Ancaman Bhineka Tunggal Ika di Indonesia
        Keheboaan berita Ahok yang di vonis 2 tahun penjara di Jakarta Pusat, tak asing bagi warga negara Indonesia bahkan manca negara. Mengapa Ahok di Tahan? Dan Harus di bebaskan? Dua hal demikian, ide sangat bertolak belakang, dengan adanya ideologi yang melatarbelakangi. Sudah Trend bahwa Ahok di Tahan karena “adanya penistaan terhadap Agama islam” dan kemudian di latar belakangi ideologi perjuangan dan perampasan yang pernah di katakana juga oleh Ali Murtopo “Indonesia tidak menginginkan orang Papua, Indonesia hanya menginginkan Tanah dan sumber daya alam yang terdapat dalam pulau Papua.” Ideologi seperti demikian sangat berpengaruh terhadap Agama Islam mengakibatkan adanya pencitraan terhadap Binekha Tunggal Ika.

Peta pergerakan kekejaman Negara dalam Oganisasi agama, Pasca Vonis Ahok 2 Tahun penjara, mengakibatkan adanya aksi seribu Lilin untuk Ahok. Dalam demo yang dilaksanakan oleh masa pendukung Ahok atas Vonis 2 Tahun penjara. Jelas bahwa masa Ahok membawa poster bertulisan “Bhineka Tinggal Duka”. Hal ini memperlihatkan bahwa Tergabungnya negara dalam Organisasi Agama sangat jelas, dengan arti bahwa negara Berpihak dengan Agama yang menjadi Ideologi perjuangan Negara Indonesia.

Hal demikian sangat jelas, dan pada pertengahan Pasca Vonis Ahok sebagai dimana-mana (bahkan luar negeri) terjadi aksi 1000 lilin untuk Ahok, bahwa secara tak langsung muncul perbedaan dan matinya Bhineka Tunggal Ika di Indonesia. Pada prosesnya ini aksi Negara dan organisasi islam  dalam 1000 lilin untuk Ahok.

MengUpdate Perbedaan antar Agama, Ras dan Suku oleh Indonesia di Papua
        Pasca Vonis Ahok, tak hanya di Indonesia (Papua, Sulawesi, NTT, Jawa/Bali, Sumatra dan Kalimantan) bahkan luar negeri pun terjadi aksi 10001 lilin untuk menggenang seorang sosok Ahok yang di penjarakan, dimana disitulah memunculkan sikap brutal Indonesia yang dimainkan di Papua adalah masalah kompleks yang sangat memperhatinkan masa depan Negara Indonesia berdasarkan Kebhinekahan. Tak hanya demikian beberapa provinsi di Indonesia ancam referendum.
         Sudah sangat jelas bahwa “adanya kekejaman Negara dalam perjalanan politik Indonesia di akhir-akhir ini.  Salah satu hal yang sangat terlihat di kalangan masyarakat Papua adalah bagaimana peran Negara dan Organisasi dalam membatalkan aksi seribu lilin untuk Ahok.

Beberapa kota di Papua, mengadakan aksi 1000 lilin untuk Ahok namun yang terjadi di lapangan masih saja terjadi penyimpangan dan kekejaman negara dalam Agama di Papua. Mengapa? Karena beberapa kota mereka membawakan poster tentang “Hidup NKRI” “Nabire Untuk NKRI” dan lainya. Siapa di balik permainan ini?   Karena tak ada hubungan  NKRI dengan Aksi 1000 lilin untuk Ahok. Waw hal inikan sangat aneh?

PGGP Menumbuhkan sifat radikalisme Agama di Papua
      Berdasakan berita undangan yang dikeluarkan oleh Uskup Jayapura Leo Laba Ladjar, OFM pada hari senin memimpin umat Kristen dengan aksi demo damai di depan Kantor DPRP Papua di Jayapura. 
Yang dilansir Jubi Online edisi senin (14/05/17), Uskup Leo menyampaikan delapan poin peryataan di Hadapan anggota DPRD, 8 poin diataranya adalah dukungan pada pancasila; NKRI dan Bhineka  Tunggal Ika serta pembubaran HTI, FPI dan membebaskan Ahok.

Aksi untuk Ahok sangat berbeda dengan aksi yang dilaksanakan di beberapa tempat di dalam negeri dan luar negeri dan salah satunya di Papua. Aksi 1000 lilin sangat kejam wajah negara dalam aksi Pasca Ahok di Vonis. Begitupun juga aksi yang dilaksanakan di Jayapura dibawa pimpinan Leo Laba Ladjar di Jayapura sangat kental adanya intervensi negara dalam aksi, yang kemudian meumbuhkan radikalisme.
        Aksi demontransi ini Penulis menilai adanya sifat sara atau menumbuhkan radikalisme umat kristen dan islam di Papua. Tentunya, kita berpikir jauh bahwa Negara Indonesia adalah negara demokrasi berdasarkan undang-undang 1945 dan pancasila (Bhineka Tunggal Ika). Ketika tinjau Aksi di Jayapura dengan 8 pernyataan itu bahwa masalah Ahok tak ada pengaruh dalam Agama (masalah Ahok adalah simpati keadilan dan toleransi).

Anehnya Aksi PGGP di Jayapura, mengeluarkan pernyataan bahwa “dukungan pada pancasila; NKRI dan Bhineka Tunggal Ika serta pembubaran HTI, FPI. Ketika kita berpikir secara rasional akan muncul ide, masalah Ahok dengan dukungan terhadap Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila sangatlah jauh. Dan pembubaran FPI, HTI adalah sifat melawan terhadap negara yang mana menganut negara demokrasi dan ruang dimana organisasi tersebut bersatu untuk menyurakan secara berimbang dan berkeadilan.

Kemudian situasi perubahan orang Papua yang semakin tertinggal dan semakin di kejam oleh Negara ini Gereja penting untuk beraksi dalam bentuk apapun, sebab pada akal yang sehat orang Papua adalah umat pengikut setia dalam Agama. Meskipun agama sebagai candu msyarakat demi mencari nafkah atau sesuatu melalui 3G berdasarkan sejarah penyebaran agama dari Eropa.
       Oleh karena itu, aksi demo di Jayapura penulis menilai adanya kekejaman negara di dalam Otak aksi dan sangat jelas menumbuhkan Radikalisme dalam Ideologi yang ada. Sehingga akan adanya perpecahan dan adanya ketidak teraturan dalam negara ini. Makan adanya ketidakadilan dalam negeri ini khusunya Rumah tertutup dari hukum seperti di Papua
Masalah AHOK bukanlah sebuah masalah besar yang kemudian terinfeksi kedalam Ideologi Agama, Ideologi Organisasi, Ideologi Perjuangan kemerdekaan Indonesia tetapi masalah ahok adalah keadilan dalam pengambilan keputusan dan simpatisan Ahoker untuk keadilan di Negara Indonesia.


Yogyakarta, 15 Mei 2017 

Sunday, May 14, 2017

Green Deen (Islam Hijau)


Bumi adalah Masjid, selian di masjid kita bias shalat di mana pun yang bersih dan suci, agar dekat dengan Tuhan, ramah dengan Lingkungan dan saling menjaga satu sama yang lain di Planet ini.

Oleh: Moses Douw
Tulisan ini berawal dari kumpulan cerita, diskusi di beberapa tempat di Kota Study Yogyakarta. Salah satunya diskusi buku yang saya ikut yakni: Green Deen “ Dimana tanggung jawab umat beragama dalam melestarkan alam semesta?” di Kampus hijau UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Bumi adalah dimana tempat kita tinggal dan menjalani aktivits sehari hari. Untuk memandang bumi ini kita selalu mengalami kesalahpahaman bahwa Bumi ini di Huni oleh makhluk hidup dan mati. Sehingga manusia selalu berpikir pada arah bangunan untuk melaksanakan shalat maupun ibadah dalam makhluk mati atau bangunan masjid.

Seiring dengan perkembangan pemikiran baru dan pemikiran tentang tempat ibadah yang mega dan mewah adalah sikap manusia yang hanya penyelewengan manusia dalam menjaga alam. Mengapa? Tentunya kini kita akan kenal Green Deen dalam mengingatkan kepada kita untuk bagaimana memanfaatkan alam, lingkungan dan tempat yang diciptakan Tuhan dengan gunakan sebaik baiknya untuk beribadah dan bagaimana dengan sikap baik manusia untuk melestarikan alam sebaik seperti Masjid. Sebab, mencintai bumi ini adalah mencintai pencipta-Nya.

Green deen adalah Islam hijau, atau agama hijau. Dalam Green Deen Abdul Matin menggambarkan bahwa “Deen Adalah sebuah Ideologi atau agama. Dengan artian bahwa “islam adalah deen. Kristen adalah Deen dan hinddu adalah deen; dll.

Konsep tentang Agama hijau menuntun kita untuk menerapkan islam seraya menegaskan hubungan integral antara keimanan manusia dengan lingkungan alam. Hal ini Green Shabia juga mengatakan “Apa yang kita miliki muslim bersifat komprehensif. Islam adalah jalan hidup yang secara spiritual bergizi dan secara intelektual koheren.” Sederajatnya manusia hidup diatas bumi ini sebagai nurani yang merupakan akal budi. Artinya bahwa manusia, Tuhan dan alam. Tiga dimensi yang tak kalah pisahkan oleh siapapun di bumi ini. Setiap orang harus menghormati Tuhan dan menjadi pelindung  atau penjaga Alam.

Dalam diskusi buku Green Deen, membahas enam pokok pembahasaan dengan prinsip Agama Hijau dan ini merupakan Himpun pemikiran Faraz Khan untuk Abdul Matin seperti yang dalam bukunya sebagai berikut: 1) Memahami Kesatuan Tuhan dan Ciptaan-Nya; 2) Melihat tanda-tanda Tuhan dimana saja; 3) Menjadi Penjaga di Bumi ini; 4) Menjaga kepercayaan Tuhan; 5) Berjuang menegakan Keadilan; 6) Menjalani kehidupan yang seimbang dengan alam.

Selain itu, dalam diskusi itu juga pemateri memaparkan Dampak Manusia Terhadap lingkungan sepertI limbah, Penggunaan Energi Seperti minyak dan sejenisnya, Air sebagai Sumber Kehidupan serta Makanan sebagai penyeimbang kehidupan.

Dengan ilmu disiplin terhadap lingkungan lebih menekankan apa yang umat Green Deen rusak terhadap bumi ini, Plestarian terhadap lingkungan dan bagaimana upaya yang Green Deen lakukan untuk Lingkungan Alam. Mengapa harus perhatihan terhadap Lingkungan? Tentunya mudah jawaban untuk itu, sebab Allah Ciptakan Semua pada pasanganya dan sempurnya. Dengan istilah bahwa “ Tuhan, Alam dan Manusia adalah suatu yang tidak di pastikan untuk berpisah. Tanpa Lingkungan yang Indah akan berpengaruh Kehidupan, begitupun Manusia tanpa Tuhan hanya mimpi belaka.

Tulisan ini hanya sebuah catatan, dan untuk Resensi Buku  “Green Deen” akan saya shere maka jangan lupa selalu ikuti tulisan-tulisan di: http://mosesdouw.blogspot.co.id/


Yogyakarta, 14 Mei 2017
 
Copyright © 2013 Menongko I Ekspresi Hati
Design by MOSES | DOUW